Senin, 16 Agustus 2010

psikologi anak

1) Paham lama menganggap anak adalah “orang dewasa dalam bentuk kecil”.
a. Apa maksud dari anggapan tersebut?
b. Apa implikasi dari paham tersebut bagi perkembangan anak?
2) Lingkungan sangat Berpengaruh terhadap pola dan minat belajar anak dalam segi kontruktivistikterdapat komponen penting yaitu learning community
a. Apa arti penting learning community bagi anak atau individu?
b. Bagaimana langkah-langkah membangun learning community?
3) Fenomena sekarang menunjukkan semakain banyak anak acuh kepada lingkungan
a. Coba saudara analisis beberapa aspek psikologis yang menjadi penyebab dari fenomena tersebut
b. Bagaimana langkah-langkah penanganannya?
4) Saat ini tengah dikembangkan home scooling untuk kelompok anak tertentu.
a. Apa kelebihan dan kelemahan dari model ini?
b. Apa dampak psikologis dari system pembelajaran ini bagi anak?
5) Developmentally appropriate practice (DAP) merupakan pendekatan pendidikan yang patut dan menyenangkan bagi anak
a. Apa urgensi dari pendekatan tersebut?
b. Meskipun banyak pendidik sudah memahami konsep ini, mengapa banyak diantara mereka masih kesulitan menerapkannya? Apa kendala yang mereka hadapi?
JAWABAN
1) Paham lama yang menganggap anak merupakan “orang dewasa dalam bentuk kecil”
a. Usaha pendidikan anak, telah sejak dulu dilaksanakan. Tetapi tersebut belum memandang anak sebagaimana seharusnya. Pada waktu itu belum terdapat pengetahuan bahwa dalam pendidikan anak diperlukan pengetahuan tentang seluk beluk kehidupan anak terlebih pada kehidupan jiwanya. Namun, pada waktu itu anak dipandang sebagaimana manusia dewasa namun, dalam bentuk kecil. Pada sebuah keluarga sendiri pembagian dalam bentuk apapun selalu disamakan. Akan tetapi ada perbedaan porsi. Padahal dalam hal ini tidaklah dapat dikatakan benar, karena dalam ukuran baju, makanan, creak pakaian, dan lain-lain untuk anak ada bagiannya tersendiri yang telah dirancang khusus anak. Pada abad ke-XVII, seorang pendidik yang pertama berfikir bahwa anak tidak dapat dikatakan sebagai orang dewasa dalam bentuk kecil. Dengan demikian pengajaran dalam bentuk abstrak terlebih dahulu dipelajari pengajaran dalam bentuk kongkrit. Pada abad XIX (masa perkembangan ilmu jiwa), mulai timbul aliran-aliran dalam ilmu jiwa anak. Pada paham sekarang anak tidak lagi dikatakan manusia dewasa dalam bentuk kecil, karena ia memiliki sifat berlainan dengan orang dewasa. Sehingga pertumbuhannya dalam menuju masa dewasa terdapat norma-norma tertentu, dengan demikian seorang anak masih selalu bergantung pada orang yang lebih tua darinya. Jadi, secara singkat dapat dikatakan bahwa dalam perkembangannya anak memerlukan tahap-tahap yang harus dilewati dengan bimbingan orang tua.
b. Implikasi dari paham tersebut bagi proses pendidikan anak sangat baik apabila ditinjau dari paham lama, kita lihat jika anak terus menerus diperlakukan manja, maka perkembangannya tidak akan dapat berkembang sesuai dengan apa yang kita harapkan. Namun, jika kita tinjau dari paham sekarang implikasi tersebut sangat berpengaruh pada proses pendidikan anak. Diketahui bahwa anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil. Namun anak merupakan seorang yang memiliki dunianya sendiri, dan juga mengalami perkembangan baik secara jasmani maupun rohani, dan juga mereka masih perlu mengembangkan potensi kognitif, efektif, dan psikomotoriknya. Sehingga anak harus menempuh pendidikan sedini mungkin. Dengan cara belajar sambil bermain atau sering kita dengar dengan sebuatan play group.
2) Dalam strategi konstruktivistik terdapat learning community.
a. Learning community atau sering kita dengar dengan sebutan LC atau komunitas belajar merupakan konsep terciptanya suatu kelompok belajar dalam sekolah. Yaitu merupakan proses mengajar dan mengajarkan antara guru dengan guru, guru dengan siswa, siswa dengan siswa, atau bahkan dapat terjadi antara warga sekolah dengan warga luar sekolah, agar prestasi belajar dapat ditingkatkan. Dalam metode ini siswa dibebani tangguang jawab dalam mempelajari materi dan menyampaikannya pada kelompok belajarnya. Jadi, belajar yang dihasilkan akan efektif
b. Langkah-langkah dalam membangun learning community diantaranya:
• Beri siswa materi pelajaran yang pendek dan terformat dengan baik, sehingga dapat dipelajari dengan mudah
• Bentuk sub-sub kelompok dan tentukan ruang yang tenang dan nyaman untuk proses belajar mereka
• Beri petunjuk atau intruksi yang jelas pada pemandu siswa dalam belajar dan dalam penjelasan materi harus dengan cermat. Akan tetapi berilah arahan semacam berikut:
a) Jelaskan isinya
b) Buatkan contoh ilustrasi atau penerapan informasi
c) Kenali hal-hal yang tidak kalian setujui
d) Bantahlah apa yang ada dalam isi teks tersbut, dan buatlah sudut pandang yang bertentangan
e) Nilailah seberapa baik kalian memahami materinya
• Berikan tugas pada anggota kelompoknya, misal fasilitator, pengatur waktu, dll
• Perintahkan siswa untuk kembali ketempat masing-masing dan lakukan salah satu hal berikut:
o Membahas materi secara bersama
o Beri siswa pertanyaan kuis
o Dapatkan pertanyaannya
o Perintahkan siswa untuk menilai seberapa baik mereka memahami materi
o Sediakan latihan penerapan untuk menguji kepahaman mereka
Dalam learning community lebih ditekankan pada pendekatan kooperatif, dimana siswa diminta untuk kerja sama secara berkelompok dalam menyelesaikan tugasnya. Agar terjadi sebuah interaksi dan kerja sama yang baik antar individu dalam kelompok.
3) Fenomena sekarang menunujukkan anak yang acuh tak acuh terhadap lingkungan.
a) Beberapa aspek psikologis yang menjadi penyebab dari fenomena sekarang yang menunjukkan bahwa anak semakin acuh dengan lingkungannya, sebagai berikut:
1. Autisme
Autisme adalah gangguan perkembangan yang kompleks yang disebabkan oleh adanya kerusakan pada otak, sehingga mengakibatkan gangguan pada perkembangan komunikasi, perilaku, kemampuan sosialisasi, sensoris, dan belajar. Biasanya, gejala seperti ini sudah mulai tampak pada anak berusia 3 ta hun
Interaksi social pada anak autisme dibagi dalam 3 kelompok, yaitu:
a. Menyendiri (aloof) : banyak terlihat anak menarik diri , acuh tak acuh, dan akan kesal bila didekati
b. Pasif : dapat didekati dengan pendekatan dengan cara bermain yang disesuaikan dengan kesukaannya
c. Aktif tapi aneh : secara spontan ia mampu berinteraksi dengan teman ebayanya, namuun sering kali terlihat berbeda dengan anak yang lain atau lebih tepatnya aneh
2. Hereditas dan lingkungan
hereditas sering disebut dengan faktor penurunan dari homogenitas orang tua, atau dikatakan pewarisan karakteristik individu orang tua. Pewarisan ini terjadi melalui proses genetik. Yang mana kita ketahui bahwa masing-maing individu lahir dengan hereditas yang berbeda-beda. Semua itu dapat dikatakan bahwa karakteristik seorang individu diperoleh dari penularan genetic orang tua. Selain dari pada itu, individu tumbuh dan berkembang tidak lepas dari lingkungan, baik lingkungan fisik, psikologis, maupun lingkungan social. Dapat disimpulkan bahwa peran orang tua sangat penting dalam pertumbuhan anak. Namun, jika kita tilik pada zaman sekarang banyak anak yang dikenalkan dengan sesuatu yang membahayakan, dimana polusi terdapat dimana-mana sehingga mengakibatkan anak acuh tak acuh terhadap lingkunagan.
3. Perkembangan psikologis anak
Aspek psikologis berkaitan dengan kemampuan anak untuk berinteraksi dengan lingkungan. Seperti halnya, kemampuan anak bermain dan berinteraksi dengan sebayanya. Dengan mengetahui aspek atau fase-fase yang harus dilalui oleh anak, orang tua dan pendidik akan dapat merancang latihan atau yang lain sehingga dapat mengantarkan anak berkembang secara seimbang
b) Langkah-langkah penanganan dari fenomena diatas adalah
1. Gangguan anak autistme dapat diatasi dengan cara-cara berikut:
 Terapi
 Pendekatan edukatif
 Terapi perilaku
 Psikoterapi
2. Melihat fenomena diatas, dapat disimpulkan bahwa peran orang tua sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, karena orang tua merupakan sumber awal dari pembelajaran anak sebelum anak mengenal lingkungannya
3. Kemampuan anak dalam berinteraksi dengan lingkungannya dengan cara bermain. Orang tua dan pendidik yang berwenang dalam perkembangan anak memiliki peran penting dalam kegiatan bermain anak. Dalam permainan ini anak memerlukan bimbingan sehingga dengan demikian secara tidak langsung anak akan terarah
4) Dikembangkannya home scooling.
a. Kelebiahan dan kelemahan home scooling
1. Kelebihan home scooling:
• Adaptable, artinya esuai dengan kebutuhan anak dan kondisi keluarga
• Mandiri, artinya home scooling memberikan kemandirian bagi anak dalam perkembangannya
• Potensi yang maksimal, memaksimalakan potensi anak tanpa batas waktu seperti yang terdapat disekolah
• Siap terjun pada dunia nyata, outputnya lebih mempersiapkan terjun pada dunia nyata, karena dalam pembelajaran home scooling lebih dekat dengan kegiatan sehari-hari
• Terlindung dari pergaulan yang menyimpang, terdapat kesesuaian anak dengan keluarga
• Ekonomis, biaya pendidikan dapat disesuaikan dengan kondisi keluarga
2. Kelemahan home scooling:
o Membutuhkan komitmen dan tanggung jawab tnggi dari orang tua
o Ketrampilan dan dinamika bergaul dengan teman sebaya relative rendah
o Terdapat resiko kurangnya bekerja sama dengan tim, terlebih organisasi, dan lainnya
o Proteksi berlebihan dari orang tua dapat menjadi efek samping ketidak mampuan menyelesaikan masalah
b. Dampak-dampak psikologis dari sistem hoeme scooling bagi anak antara lain adalah:
1. Dilihat dari segi emosionalnya yang dikaitkan dengan ketakutan pada lingkunggan sekolah:
 Takut dengan situasi secara menyeluruh
 Takut aspek khusus lingkungan sekolah
 School phobia, menyebabkan anak menolak untuk pergi ke sekolah
2. Dilihat dari segi fantasinya
• Tidak dapat memahami dan menghargai kultur orang lain
• Tidak dapat keluar dari ruang dan waktu
• Tidak dapat melepaskan diri dari masalah
• Tidak dapat mencari keseimbangan batin
• Tidak dapat membuat perencanaan untuk dilaksanakan hari esok ataupun jangka panjang.
5) Developmentally appropriate practice (DAP) merupakan pendekatan yang patut dan menyenangkan bagi anak.
a. Urgensi dari pendekatan tersebut adalah untuk memungkinkan para pendidik untuk memperlakukan anak sebagai individu yang utuh. Dengan melibatkan 4 komponen dasar pada diri masing-masing anak, antara lain pengetahuan (knowledge), ketrampilan (skills), sifat alamiah (dispositions), dan perasaan (feelings). Keempat komponen tersebut sangat berkaitan maka dari itu system pembelajaran dengan konsep DAP dianggap dapat mempertahankan bahkan meningkatkan gairah dan semangat peserta didik. Pasalnya, keempat komponen yang dilibatkan telah mewakili serta mengiringi proses belajar mereka, yang mana empat komponen tadi sangatlah memberi pengaruh.
b. Kendala yang dihadapi para pendidik dalam penerapan konsep DAP adalah
a) Faktor guru yang masih banyak menggunakan cara lama (tradisional) dalam proses pembelajarannya. Dalam penerapannya dilapangan masih banyak mengabaikan prinsip pengajaran yang memperhatikan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak, atau dengan istilah lain mengabaikan prinsip yang mengacu kepada asas Developmentally Approapriate Practice (DAP). Guru terpaku kepada bidang kognitif sehingga tugas yang diberikan kepada anak jauh melebihi kemampuannya
b) Ketidak sinambungan isi kurikulum, tujuan, metode dan evaluasi. Akibatnya terjadi penurunan kualitas pengajaran. Hal ini terlihat dari jumlah waktu aktif belajar atau berlatih.Rendahnya pemanfaatan waktu belajar juga merupakan indikator rendahnya efektivitas dalam pembelajaran
c) Dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran tidak dicantumkan secara ekplisit tentang sekuens tugas gerak yang memodifikasi substansi pengajaran, isi materi, fasilitas, alat sarana dan prasarana pembelajaran. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar